David Ricardo adalah seorang yang tidak memiliki latar belakang pendidikan ekonimi yang cukup. Namun pekerjaannya dalam bidang pasar modal yang sudah digelutinya sejak berusia empat belas tahun membuatnya paham tentang dunia ekonomi. James Mill, bapak Jhon Stuart Mill adalah yang berjasa mendorong Ricardo untuk menulis tentang dunia ekonomi. Permintaan tersebut dikabulkan.
Sebagai bukti kegemarannya dalam menulis, Ricardo telah menghasilkan banyak buku yang membahas tentang keuangan dan perbankan, seperti The High Price of Bullion (1810) dan A Proof of Deppreciation of the Bank Notes (1811). Tahun 1815 ia menerbitkan Essay on the Influence of the Low Price of Corn on the Profit of Stock, yang pada tahun 1817 judulnya diubah menjadi The Principles of Political Economy and Taxation. Buku ini ternyata mendominasi teori-teori ekonomi klasik tidak kurang setenga abad lamanya.
Pemikiran Ricardo sependapat dengan Smith bahwa labor memgang peran penting dalam perekonomian. Ide yang berasal dari Smith ini kemudian dikembangkan menjadi teori-teori harga-harga relative (theory of relative price) berdasarkan biaya produksi, yaitu biaya labor menjadi unsur utama, disamping biaya-biaya kapital. Kapital mendapat perhatian yang cukup besar dalam analisis Ricardo sebab kapital tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas labor, tetapi juga berperan dalam mempercepat proses produksi sehingga hasil produksi dapat dengan cepat dinikmati atau dikonsumsi.
Diantara berbagai toeri Ricardo, terdapat satu teori yang paling terkenal yaitu teori keuntungan komparatif (comparative advantage) dari perdagangan internasional. Oleh karena teori ini Ricardo dianggap sebagai arsitek utama perdagangan bebas. Yang dimaksud dengan teori ini oleh Ricardo dijelaskan bahwa setiap kelompok masyarakat atau Negara sebaiknya mengahasilkan produk-produk yang dihasilkan lebih efisien, selanjutnya kelebihan produksi atas kebutuhan dapat diperdagangkan.
David Ricardo sering dianggap sebagai pakar aliran klasik yang sangat gemilang selain Adam Smith. Akan tetapi, kehebatannya dalam melakukan analisis ekonomi juga paling banyak mendapat kecaman. Hal ini disebabkan dalam melakukan analisis ia sering bersikap “tegar dan dingin”. Sebagai akibatnya, ilmu ekonomi kemudian diejek sebagai ilmu yang “tidak berperasaan” sebab dalam melakukan pembahasan para pakar seperti Ricardo berusaha lebih banyak menggunakan rasio (pikiran, akal sehat) dan menghindari unsur perasaan atau sentimen sebisa-bisanya.
Energi dan Generasi Peduli Energi
11 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar